NASEHAT-NASEHAT

Ulama' sekaligus da'i produktif asal Mesir yang wafat tahun 1996, Syaikh Muhammad al-Ghazali bercerita, “Seorang wanita berpakaian ‘tak pantas’ masuk ke kantorku. Aku sedikit risih saat melihat penampilannya pertama kali. Namun dari tatapan matanya ia tampak sedih dan keb ingungan. Wanita ini patut dikasihani, pikirku. Aku pun duduk, mendengarkan keluh-kesah yang ia sampaikan kepadaku dengan seksama.

Dari sela-sela obrolan tersebut aku tahu bahwa wanita itu adalah pemudi Arab yang mengeyam pendidikan di Prancis, dan nyaris tak mengenal sedikitpun tentang Islam, agama yang ia peluk. Kepadanya, aku berusaha menerangkan hakikat Islam, menjawab sejumlah syubhat dan pertanyaan yang ia ajukan. Serta mengungkap berbagai kedustaan yang disampaikan para orientalis.

Tak lupa pula aku sampaikan terkait peradaban modern yang kerap memposisikan wanita sebagai ‘daging’ pemuas nafsu, yang tak mengenal keindahan, ketenangan, dan makna ‘iffah di dalam keluarga. “Izinkan aku suatu hari untuk kembali ke tempat ini menemuimu, Syaikh,” ujar sang wanita. Ia pun mohon pamit keluar.

Tak lama berselang seorang pemuda berpenampilan religius masuk membentakku, “Apa yang membuat wanita kotor seperti itu datang kemari!?”

Aku jawab, “Tugas seorang dokter adalah menyembuhkan orang yang sakit sebelum orang sehat.”

Ia menyela, “Kenapa kau tak menasehatinya memakai hijab!?”

Aku katakan, “Perkara yang dihadapi wanita tadi jauh lebih besar dari sekadar memakai atau melepas hijab. Ada proses yang harus dilalui, terkait esensi iman kepada Allah dan Hari Kiamat, menegaskan makna taat kepada wahyu yang tertuang dalam al-Quran dan as-Sunnah, serta pilar-pilar inti agama ini dalam aspek ibadah dan akhlak.”

Lagi-lagi ia memotong pembicaraanku. “Bukankah hal-hal tersebut sama sekali bukan halangan bagimu untuk menyuruhnya berhijab!?”

Dengan tenang aku berupaya menjelaskan, bahwa aku tak bisa berbahagia melihat wanita itu datang ke sini sedangkan hatinya sunyi dari keagungan Allah Tuhan yang Maha Esa, hidupnya tak mengenal yang namanya rukuk dan sujud. Sesungguhnya aku sedang berupaya menanam di hatinya sejumlah pondasi yang jika pondasi itu tertancap dengan kuat, dengan sendirinya membuat ia sadar pentingnya menutup aurat.

Saat pemuda tadi hendak memotong pembicaraanku untuk yang kesekian kalinya, aku berkata dengan tegas, “Aku tak mampu menarik orang kepada Islam melalui selembar kain sebagaimana yang kerap kalian lakukan. Namun aku berusaha menancapkan pondasi, lalu memulai membangun di atasnya, dan menyampaikan semuanya dengan penuh hikmah.”

Dua minggu kemudian wanita itu kembali mendatangiku dengan pakaian yang lebih baik dari sebelumnya. Ia menutup kepalanya dengan secarik kain tipis. Ia kembali bertanya tentang Islam, dan akupun kembali menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Lantas aku bertanya, “Mengapa kau tak pergi ke masjid terdekat dari rumahmu (untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini)?”

Meski akhirnya aku menyesal mananyakan hal ini, karena aku teringat bahwa wanita-wanita itu terlarang untuk pergi ke masjid. Namun pemudi itu menjawab, “Aku membenci para da'i dan tak ingin mendengarkan ceramahnya.”

“Mengapa?” tanyaku penuh penasaran.

“Hati mereka keras, berwatak kasar. Mereka memperlakukanku dengan pandangan penuh kehinaan.”

Tiba-tiba aku teringat sosok Hindun bintu Utbah, istri Abu Sufyan Ra. Seorang wanita yang di masa kekufurannya membunuh secara sadis serta memakan jantung paman Nabi Sayyidana Hamzah Ra. Saat itu dia belum mengenal Rasulullah Saw. Namun setelah memeluk Islam dan mengenal Rasulullah Saw., ia mendekat dan mengucapkan sebuah kalimat yang menggetarkan hati:

يا رسول الله, والله ما كان على ظهر الأرض أهل خباء أحب أن يذلوا من أهل خبائك, وما أصبح اليوم على ظهر الأرض أهل خباء أحب إلي أن يعزوا من أهل خبائك

“Wahai Rasulullah, Demi Allah, dahulu tidak ada satu penghuni rumah pun di permukaan bumi ini yang aku ingin mereka terhina kecuali penghuni rumahmu. Namun sekarang tidak ada satu penghuni rumah pun di permukaan bumi ini yang aku ingin mereka mulia selain penghuni rumahmu.”

Sungguh cahaya cinta dan kasih sayang yang terpancar dari hati Rasulullah Saw. sanggup mengubah kondisi hati setiap orang yang melihatnya. Maka apakah para dai hari ini telah belajar dari sosok Nabinya, sehingga mereka menjadi dai yang menyatukan, bukan justru memecah-belah? Menjadi dai yang memberikan kabar gembira, bukan justru membuat orang-orang lari dari agama?

(Disarikan dari kitab al-Haqq al-Murr (Kebenaran yang Pahit) hal. 23 karya Syaikh Muhammad al-Ghazali).

🍃Assunnah Hadits 🍃

🍃Assunnah Hadits 🍃


🌸 Luasnya Pengampunan Allâh 🌸

Dari Anas Radhiyallahu anhu, aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, Allâh ta'ala berfirman : "Wahai anak Adam, selama kalian mau berdoa dan berharap kepada-Ku, pasti Kuampuni dosa yang pernah kalian lakukan, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, Seandainya dosa kalian membumbung setinggi langit lalu kalian memohon ampun kepada-Ku, pasti Ku-ampuni. Wahai anak Adam, seandainya kalian datang kepada-Ku membawa kesalahan sepenuh bumi, asalkan tidak menyekutukan-Ku (berbuat syirik), pasti Aku mendatangimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula." HR.Imam Tirmidzi no.3534

🌸 Faedah Hadits 🌸

🍃 Menjelaskan kepada kita luasnya ampunan Allâh ta'ala yang diberikan kepada hamba-hambaNya walaupun mereka lalai dengan kewajibannya sebagai seorang hamba kepada Rabbnya namun Allâh ta'ala senantiasa memberikan pintu ampunan kepada hamba-hambaNya yang senantiasa memohon ampun kepadaNya

🍃 Menunjukkan bahwa Rahmat dan Kasih Sayang Allâh ta'ala begitu luas kepada hamba-hambanNya yang senantiasa berharap ampunan kepadaNya

🍃 Dalil menjelaskan bahwa Allâh ta'ala memiliki sifat bicara dengan keagungan dan kemuliaanNya

🍃 Disyariatkannya doa dan doa adalah bagian dari ibadah kepada Allâh ta'ala

🍃 Dianjurkan untuk memperbanyak berharap dan memohon ampun kepada Allâh ta'ala

🍃 Keutamaan Berdoa dan memohon ampun kepada Allâh

🍃 Nasehat agar tidak berputus asa dari Rahmat Allâh ta'ala

🍃 Dalil menjelaskan bahwa Allâh memiliki sifat Alghaffar Yang Maha Pengampun

🍃 Dalil yang menerangkan bahwa Allâh ta'ala akan mengampuni segala dosa hambaNya kecuali Syirik kepada Allâh ta'ala

🍃 Menunjukkan bahayanya dosa Syirik  (beribadah selain kepada Allâh,Memohon doa selain kepada Allâh, melakukan ritual kesyirikan melalui perantara makhluk ghoib, mendatangi tukang sihir,peramal,dll) sampai-sampai Allâh tidak akan mengampuni dosa para pelakunya sebelum mereka bertaubat kepada Nya dengan taubat nasuha

🍃 Sifat Berharap sesuatu kepada Allâh ta'ala adalah merupakan ibadah hati kepadaNya yang tidak tampak

🍃 Anjuran untuk senantiasa memperbanyak istighfar hanya kepada Allâh ta'ala

🍃 Mengabarkan bahwa setiap manusia tidak luput dari dosa baik dosa kecil ataupun dosa besar

🍃 Mengajarkan kita untuk senantiasa mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa salam dengan memperbanyak istighfar kepada Allâh, sebagaimana Rasulullah melakukan istighfar dalam sehari sebanyak 100 kali dan didalam riwayat hadits yang lain menjelaskan beliau beristighfar sebanyak 70 kali dalam setiap harinya

Allahu ta'ala a'lam
Madinah 13 Shofar 1439 H/2 November 2017 M
Ibnu Zulkifli

Nasehat Syaikh Asy-Syinqithi Kepada Anaknya

Nasehat Syaikh Asy-Syinqithi Kepada Anaknya

” ﻋﻦ ﺍﻟﺴﻌﺎﺩﺓ “

RAHASIA KEBAHAGIAAN

ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ

ﻳﺎﻭﻟﺪﻱ … ﺭﺍﺟﻊ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ؛ ﻻﺗﻨﺴﻪ … ﺃﻣﺎﻣﻚ ﺣﻔﻞ ﺗﻜﺮﻳﻢ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ، ﻟﻴﺲ ﻛﺎﺣﺘﻔﺎﻻﺕ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ

ﺇﻳﺎﻙ ﺃﻥ ﺗﺨﻄﺊ ﻭﻗﺪ ﻗﻴﻞ ﻟﻚ : ( ﺍﻗﺮﺃ ﻭﺍﺭﺗﻖ ﻭﺭﺗﻞ )

Wahai ananda, ulangi terus membaca Al-Qur’an, dan jangan sampai melupakannya, kelak hari kiamat akan ada acara penghargaan yang tidak sama dengan acara-acara di dunia. Oleh karena itu, jangan sampai salah, padahal sudah disampaikan kepadamu “bacalah, naiklah dan tartilkanlah .. “

ﺟﺎﻟﺲ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺑﻌﻘﻠﻚ

Duduklah bersama ulama dengan akalmu

ﻭﺟﺎﻟﺲ ﺍﻻﻣﺮﺍﺀ ﺑﻌﻠﻤﻚ

Duduklah bersama pemimpin dengan ilmumu

ﻭﺟﺎﻟﺲ ﺍﻻﺻﺪﻗﺎﺀ ﺑﺄﺩﺑﻚ

Duduklah bersama teman dengan etikamu

ﻭﺟﺎﻟﺲ ﺃﻫﻞ ﺑﻴﺘﻚ ﺑﻌﻄﻔﻚ

Duduklah bersama keluarga dengan kelembutanmu

ﻭﺟﺎﻟﺲ ﺍﻟﺴﻔﻬﺎﺀ ﺑﺤﻠﻤﻚ

Duduklah bersama orang bodoh dengan kemurahan hatimu

ﻭﻛﻦ ﺟﻠﻴﺲ ﺭﺑﻚ ﺑﺬﻛﺮﻙ

Jadilah teman Allah dengan mengingatNYA

ﻭﻛﻦ ﺟﻠﻴﺲ ﻧﻔﺴﻚ ﺑﻨﺼﺤﻚ

Dan jadilah teman bagi diri Anda sendiri dengan nasihatmu

ﻻ ﺗَﺤﺰﻥْ ﻋﻠﻰ ﻃﻴﺒﺘﻚ؛ ﻓَﺈﻥ ﻟَﻢ ﻳُﻮﺟَﺪ ﻓﻲ ﺍﻻﺭﺽ ﻣَﻦ ﻳﻘﺪﺭﻫﺎ؛ ﻓﻔﻲ ﺍﻟﺴَﻤﺎﺀ ﻣَﻦ ﻳﺒﺎﺭﻛﻬَﺎ …

Tidak usah bersedih jika di dunia tidak ada yang menghargai kebaikanmu, karena di langit ada yang selalu menghargai dan menilainya

ﺣﻴﺎﺗﻨﺎ ﻛﺎﻟﻮﺭﻭﺩ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻤﺎﻝ ﻣﺎ ﻳﺴﻌﺪﻧﺎ ﻭﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻮﻙ ﻣﺎ ﻳﺆﻟﻤﻨﺎ .

Kehidupan kita ibarat mawar, disamping memiliki keindahan yang bikin kita bahagia, juga memiliki duri yang bikin kita tersakiti

ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻚ ﺳﻴﺄﺗﻴﻚ ﺭﻏﻢ ﺿﻌﻔﻚ !!.

Apa yang ditetapkan bagimu niscaya akan mendatangimu, meskipun kamu tidak ada daya

ﻭﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻟﻚ ﻟﻦ ﺗﻨﺎﻟﻪ ﺑﻘﻮﺗﻚ !!.

Sebaliknya apa yang bukan milikmu, kamu tidak akan mampu meraihnya dengan kekuatanmu

ﻻ ﺃﺣﺪ ﻳﻤﺘﺎﺯ ﺑﺼﻔﺔ ﺍﻟﻜﻤﺎﻝ ﺳﻮﻯ ﺍﻟﻠﮧ . ﻟﺬﺍ ﻛﻒ ﻋﻦ ﻧﺒﺶ ﻋﻴﻮﺏ ﺍﻵﺧﺮﻳﻦ .

Tidak seorangpun yang memiliki sifat sempurna selain Allah. Oleh karena itu, berhentilah dari menggali aib orang lain

ﺍﻟﻮﻋﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻘﻮﻝ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺍﻷﻋﻤﺎﺭ، ﻓﺎﻷﻋﻤﺎﺭ ﻣﺠﺮﺩ ﻋﺪﺍﺩ ﻷﻳﺎﻣﻚ، ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻌﻘﻮﻝ ﻓﻬﻲ ﺣﺼﺎﺩ ﻓﻬﻤﻚ ﻭﻗﻨﺎﻋﺎﺗﻚ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻚ ..

Kesadaran itu pada akal, bukan pada usia, umur hanyalah bilangan harimu, sedangkan akal adalah hasil pemahaman dan kerelaanmu terhadap kehidupanmu

ﻛﻦ ﻟﻄﻴﻔﺎً ﺑﺘﺤﺪﺛﻚ ﻣﻊ ﺍﻵﺧﺮﻳﻦ، ﻓﺎﻟﻜﻞ ﻳﻌﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﻭﺟﻊ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﻭﺃﻧﺖ ﻻﺗﻌﻠﻢ .

Berlemah lembutlah ketika bicara dengan orang lain, karena setiap orang merasakan derita hidupnya masing-masing, sedangkan kamu tidak mengetahuinya

ﻛﻞ ﺷﻲﺀ ﻳﻨﻘﺺ ﺇﺫﺍ ﻗﺴﻤﺘﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﺛﻨﻴﻦ ﺇﻻ

” ﺍﻟﺴﻌﺎﺩﺓ “

ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺗﺰﻳﺪ ﺇﺫﺍ ﺗﻘﺎﺳﻤﺘﻬﺎ ﻣﻊ ﺍﻵﺧﺮﻳﻦ .

Semua hal akan berkurang jika dibagi bagi, kecuali KEBAHAGIAAN, justru akan bertambah jika kamu bagi kepada yang lain

PANCASILA VS AL-QURAN

PANCASILA  VS  AL-QURAN
Skor:    7 : 1
(Pancasila  Menang  Mutlak! Al-Quran  Kalah Telak!)

By: Anonim

Pancasila memang sakti. Saking saktinya,  negeri ini perlu setiap tahun memperingati Hari Kesaktian Pancasila.

Pancasila sakti. Saking saktinya, cukup  teriak, "Saya  Indonesia, saya  Pancasila," Anda  tak  akan  dicap  anti Pancasila  meski Anda  koruptor, penjual aset  negara, dsb.

Pancasila sakti. Saking saktinya,  al-Quran pun berkali-kali dibikin keok.  Wuihh!  Hebat banget Bro! Gimana ceritanya?  Kapan Pancasila vs al-Quran  bertarung?!

Ga percaya?! Ini beberapa buktinya:

Pertama: Lihat saja hari ini,  dimana-mana orang bicara Pancasila. Dimana-mana orang mengukur segala hal dengan Pancasila. Baik-buruk diukur dg Pancasila. Halal-haram pun ditentukan oleh Pancasila.  Dimana-mana orang bicara NKRI dan Pancasila harga mati. Yang bicara ya mulai orang awam,  para pejabat, DPR,  para menteri, Presiden, para politisi,  pengamat politik, kaum intelektual bahkan hingga ulama,  termasuk MUI  dn  banyak organisasi  Islam.

Trus,  al-Quran ditaruh dimana?  Kapan bangsa yang mayoritas umat Islam ini bicara al-Quran? Kapan bangsa Muslim di negeri ini mengukur segala sesuatu dg al-Quran? Kapan pula negeri yang penduduknya mayoritas umat Islam lantang berkoar-koar "al-Quran harga mati"? Ga ada. 

Bahkan ulama pun banyak yg lebih lantang menyuarakan Pancasila daripada meneriakkan kewajiban menerapkan syariah Islam secara kaffah sebagaimana diperintahkan al-Quran. Mereka pun seolah lebih suka mengunakan tolok ukur Pancasila daripada tolok ukur al-Quran. Misalnya utk  menilai "halal-haram"-nya  Khilafah, baik-buruknya  kelompok yg  berjuang  menegakkan  Khilafah, mereka  menggunakan  tolok ukur Pancasila, bukan  al-Quran. Apa  tidak  sedih, Bro?!

Banyak pula orang lebih senang menuding pihak yg berseberangan dgn dirinya sebagai anti Pancasila daripada anti al-Quran. Seolah-olah anti Pancasila itu haram,  tapi kalau anti al-Quran mah terserah elu! Emang gue pikirin! 😧😵

Maka skor 1:0 utk Pancasila alias 0:1 utk al-Quran.

Kedua: Karena  Pancasila  menjadi  satu-satunya  standar, maka  Islam  pun  diukur  dengan standar  Pancasila, bukan  sebaliknya. Hebat  kan,  Bro?! 👎Nah, jadi  jangan  aneh  jika  banyak  ajaran  Islam  akan  dituding  tak  sesuai  dengan  Pancasila. Contohnya ya  Khilafah  itu. Kok  contohnya Khilafah  lagi? Bukan  apa-apa. Karena  kebetulan  aja  istilah  Khilafah  lagi  naik  daun.

Coba  Bro  perhatikan. Al-Quran  bicara  Khilafah. Setidaknya  itu  yang  dinyatakan  oleh  Mufassir  terkemuka, Imam  al-Qurthubi, saat  menafsirkan  ayat "Innii  jaa'ilun  fil  ardhi  khaliifah" dalam  surat  al-Baqarah. Dalam  as-Sunnah  lebih  banyak  lagi  Rasulullah saw. bicara  Khilafah. Dalam  kitab-kitab  para ulama, khususnya  ulama  Aswaja, lebih  banyak  lagi  Khilafah dibincangkan. Yang  luar  biasa, kewajiban menegakkan Khilafah  telah  menjadi  Ijmak  Ulama (yang mengaku Aswaja,  silakan kaji kembali secara jujur kitab2 para ulama Aswaja tentang Khilafah)  selain  menjadi  Ijmak  Sahabat.

Meski  demikian, di dalam UU Ormas yg baru disahkan tiga hari lalu,  secara  tersirat  Khilafah--yang  notabene  ajaran  Islam--dianggap  sebagai  bertentangan  dengan  Pancasila. Otomatis  para  pengusungnya (baca: HTI) dituding  anti  Pancasila  sehingga  layak  dibubarkan. Jika  begitu, ga  salah  kan  jika  Islam  pun  harus  keok lagi di  bawah  Pancasila?!

Maka  skor 2:0 untuk  Pancasila  alias 0:2 untuk al-Quran.

Ketiga: Sekarang  kita  bicara  ideologi  negara  ini. Tentu  Pancasila, bukan  Islam  yg  landasannya  adalah  al-Quran. Sebab, kalau Islam  ideologinya, pasti  negara  ini  akan  disebut  Negara  Islam.  Faktanya,  siapapun menolak jika dikatakan Negara Indonesia adalah Negara Islam. Lucunya, banyak  orang  kemudian  menolak jika Negara Indonesia disebut negara sekular.  Kata mereka,  "Indonesia bukan Negara Islam,  tapi juga bukan negara sekular."  (Jadi, negara "bukan-bukan" dong, Bro?!).😜🤣

Namun, banyak kalangan berdalih: tapi  kan  Pancasila  digali  dari  nilai-nilai  Islam. Ok,  jika  betul  Pancasila  digali  dari  nilai-nilai Islam, lalu  mengapa Pancasila  sering  menuding  kelompok-kelompok Islam  yang  memperjuangkan  syariah  Islam--termasuk  di  dalamnya Khilafah--sebagai  anti  Pancasila? Lho,  kok  ada  ya  sebuah  ideologi yg  digali  dari  nilai-nilai Islam  tapi  memusuhi  syariah  dan  Khilafah Islam  yang  notabene  bersumber  dari al-Quran?! Lagi-lagi,  dalam ranah ideologi, al-Quran  keok  saat  bertanding dg  Pancasila.

Alhasil, skor 3:0 utk  Pancasila alias 0:3 utk  al-Quran. Hidup  Pancasila!😇😵

Keempat: Sekarang,  mari kita bicara ekonomi.  Di negeri Pancasila ini riba halal. Artinya,  Pancasila menghalalkan riba. Bahkan riba menjadi pilar ekonomi negara  ini. Buktinya,  utang berbasis riba (bunga) menjadi salah satu sumber utama pemasukan APBN kita. APBN kita jelas dong selamanya sesuai dg Pancasila,  tak mngkn bertentangan dg Pancasila.

Padahal kita tahu,  al-Quran secara tegas telah mengharamkan riba. Bahkan riba dinilai sebagai salah satu dosa besar. Kata  Nabi  saw., "Satu  dirham  riba  sama  dosanya  dengan 36 kali  berzina." Apa  ga  ngeri, Bro?!😱

Artinya apa?  Artinya,  lagi-lagi dalam ranah ekonomi pun Pancasila benar-benar jumawa sehingga mampu membuat al-Quran bertekuk lutut. Pancasila sanggup menghalalkan apa yang telah diharamkan al-Quran. 

Maka skor 4:0 utk Pancasila alias 0:4 utk al-Quran.

Kelima: Sekarang kita bicara moral. Zina pun halal di negeri Pancasila ini (ga ada tuh pasal perzinaan dlm KUHP kita). Artinya,  Pancasila menghalalkan zina. Buktinya,  tak ada seorang pezina pun di negeri ini yg dihukum atau dipenjarakan. Apalagi jika zina dilakukan di tempat "resmi" seperti Lokalisasi. Yang penting suka sama suka, katanya (He..he..mana ada pasangan berzina salah satu atau dua-duanya benci zina). 😁Makanya angka perzinaan selalu meningkat  setiap saat karena  banyak  orang  tak  takut  dihukum  jika  berzina  (Ya, iya  lah, hukumannya  kan ga  ada, Bro).  Yang  diharamkan  Pancasila  adalah  perkosaan. Itu  pun  jika  korban  mengadukan  masalahnya  ke  Polisi  (artinya  masuk  delik  aduan). Jika  korban perkosaan  merasa  "nyaman"--meminjam kata  Pa  Nganu--ga  layak  kasusnya  diadukan  ke  Polisi  (Ada  ya, Bro, wanita  diperkosa, trus  dia  merasa "adem".Hi..hi..).

Padahal jelas, al-Quran  telah secara tegas mengharamkan zina.  Jangankan berzina,  bahkan mendekatinya saja sudah diharamkan oleh al-Quran.

Itu baru zina. Belum termasuk pornografi,  pornoaksi,  LGBT,  dll yg seolah dibiarkan sj keberadaannya di negeri Pancasila ini. Padahal  semua  itu  jelas  telah  diharamkan  al-Quran.

Dengan  demikian, di  bidang  moral  pun  lagi-lagi  al-Quran  tidak  berdaya  di  hadapan Pancasila.

Alhasil, skor 5:0 untuk Pancasila  alias 0:5 untuk al-Quran.

Keenam: Sekarang  kita  bicara  hukum. Al-Quran  menegaskan: hukuman  bagi  pezina dicambuk  seratus  kali  atau  dirajam  (berdasarkan  ketentuan as-sunnah), pencuri dipotong  tangan, koruptor  bisa  dihukum  mati, dst.

Faktanya, Pancasila  menetapkan hukum  yg  berbeda  dengan ketetapan  al-Quran. Pezina tak  dihukum, pencuri sekadar  dipenjara, para koruptor yang merugikan triliunan uang negara acapkali  dihukum  ringan, bahkan  sering bebas. Lalu  kemana  ketetapan  hukum  al-Quran? Tentu  dibuang  jauh-jauh.😭😱

Alhasil, satu  poin  lagi  untuk Pancasila sehingga  skor 6:0.

Ketujuh: Sekarang  kita  bicara  kedaulatan  (hak  membuat hukum). Al-Quran  tegas menyatakan, "Inil  hukmu  illaa  lilLaah" (Membuat  hukum  adalah  hak  Allah). Faktanya, Pancasila  menetapkan  bahwa  hak  membuat  hukum  ada  pada  kewenangan  Pemerintah  dan  DPR. Itulah demokrasi. Tak pernah sedikitpun Pemerintah dan DPR punya kewajiban merujuk pada al-Quran saat melegislasi hukum. Mereka tak peduli apakah berbagai produk hukumnya nanti bertentangan dengan al-Quran. Bagi mereka, yang penting tidak bertentangan dengan Pancasila. Padahal faktanya, banyak produk hukum--UU Migas,  UU Penanaman Modal,  UU Listrik,  UU Minerba,  dan banyak produk hukum lain--bernuansa sangat liberal (Apakah berarti Pancasila mengadopsi liberalisme?) Akibatnya,  banyak  produk  hukum  yang  menginjak-injak  hukum  Allah  SWT  yang  telah  digariskan  dalam  al-Quran.

Alhasil,  skor 7:0 untuk Pancasila alias 0:7 untuk  al-Quran. (Apa  ga bikin sedih dan nangis,  Bro?!)😩😭

Sebetulnya  jika diurai  lebih  jauh,  masih banyak  fakta  yang  menunjukkan  kemenangan mutlak Pancasila dan sebaliknya kekalahan  telak  al-Quran.

Pertanyaannya: Lalu  dari  mana  poin  satu  (dari  skor 7:1, sebagaimana  dinyatakan dalam anak  judul  di  atas) yg  diperoleh  al-Quran?😇😱

Tidak  lain  dari  ibadah-ibadah  ritual  (shalat, shaum, zakat, haji, zikir  baca  al-Quran, dll) umat Islam yang  masih  merujuk pada al-Quran, tak  mungkin  merujuk  pada butir-butir dari sila-sila Pancasila  (Ya  kan, Bro?!)

Kekalahan  al-Quran  vs  Pancasila  juga  mungkin  bisa  menjadi  lebih  tipis  (skor menjadi 7:2) jika dikaitkan  dg  kematian. Maksudnya? Begini. Meski mengklaim paling Pancasila, saat  mati, jika dia Muslim, masih  dibacakan  ayat-ayat  al-Quran, bukan  dibacakan  ayat-ayat  konstitusi (meski  bagi  sebagian  orang ayat-ayat konstitusi lebih  tinggi  dari  ayat-ayat suci, katanya).

Semoga pula tak ada seorang Muslim pun (saat mati)  yang mengklaim paling Pancasila sekalipun--entah Presiden,  menteri,  anggota DPR, dll--mau dan rela dibacakan  Pancasila  di  sisi  kuburannya. Jika  ada, tentu dia  adalah  orang  yang super hebat! Mengapa? Karena  dia telah sangat berani menggenapkan  skor kekalahan  al-Quran vs  Pancasila menjadi  sangat  telak: 7:1! 😩

Udah  ya, Bro.

Terakhir, bagi yang mengaku paling Pancasila, mari kita teriakan: "Saya  Indonesia, saya  Pancasila!"

 Jangan lupa, jargon yg sama di atas diteriakkan juga di  hadapan  Mahkamah  Ilahi  di  Akhirat  nanti, jika  berani. Setuju,  Bro?!😬

[Dalam Perjalanan  Bogor-Bandung  di  atas  Bis  MGI, Jumat, 27/10/17. Pk. 11.16)

⚒ Fenomena Martir Cordova di Andalusia ⚒

⚒ Fenomena Martir Cordova di Andalusia ⚒
✍🏼 Oleh: Ustadz Mahardy Purnama

Pada tahun 850, seoran
g pendeta di Cordova dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Tinggi Cordova atas tindakannya menghina dan melecehkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Kematian sang pendeta bernama Perfectus itu rupanya memberikan dampak yang cukup besar bagi komunitas Kristen di ibukota pemerintahan Bani Umayyah.

Orang-orang Kristen yang taat maupun awam datang ke pengadilan tinggi Cordova dan mencela Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Oleh pemerintah, pelecehan terhadap Nabi Muhammad adalah sebuah pelanggaran dan pelakunya akan dikenakan sangsi yang berat sehingga dalam waktu sekitar empat bulan saja, terhitung lima puluh orang dikenakan hukuman mati. Namun, di kalangan Kristen, mereka dikenang sebagai pejuang Kristus. Mereka adalah “Martir Cordova” yang rela mati dan membela ajaran Kristen.

Fenomena Martir Cordova ini terjadi di masa pemerintahan amir Abdurrahman II. Salah satu faktornya disebabkan oleh orang-orang Kristen taat merasa tidak nyaman melihat kondisi saudara-saudara mereka penduduk asli Andalusia hanyut dan tenggelam dalam budaya umat Islam di Andalusia.

Sedikit kembali ke belakang, di tahun 711 M, ketika panglima gagah berani Thariq bin Ziyad tiba di Andalusia. Ia membebaskan penduduk Andalusia dari penindasan Bangsa Visigoth. Sebelum Islam datang, masyarakat Andalusia berada di bawah kekuasaan kerajaan Kristen Visigoth. Pihak kerajaan menetapkan pajak yang tinggi bagi masyarakat kalangan bawah demi kesejahteraan para bangsawan dan pihak gereja. Selain itu, orang-orang yang memeluk agama selain Kristen Katolik dipaksa untuk meninggalkan agama mereka. Jika enggan, mereka akan dihukum bahkan dibunuh. Mereka adalah para penganut Kristen Arian dan Yahudi yang minoritas.

Dalam waktu tiga tahun saja, Thariq bin Ziyad dan pasukannya didukung oleh Musa bin Nushair berhasil menaklukkan Semenanjung Iberia (baca: Andalusia). Seluruh kawasan berhasil dikuasai kecuali wilayah kecil di bagian utara yang menjadi cikal bakal Kerajaan Kristen yang tangguh di kemudian hari.

Sejak penaklukkan, Islam berevolusi di Andalusia dalam berbagai bidang. Di antaranya dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Umat Kristen Andalusia terpengaruh oleh budaya Arab-Islam dalam kehidupan sehari-hari. Maka muncul orang-orang Kristen yang mengikuti gaya hidup umat Islam. Mereka mengikuti gaya hidup umat Islam mulai dari cara berpakaian, cara makan, tidak memakan babi, menyembelih hewan, berkhitan, para wanita mengenakan pakaian tertutup. Mereka ini dikenal dengan sebutan Kristen Mozarab atau Musta’ribah dalam versi bahasa Arab.
Orang-orang Mozarab adalah salah satu fenomena unik di Andalusia. Mereka orang-orang Kristen yang ter-arabkan. Sebagian besar dari kalangan Mozarab bahkan lupa bahasa ibu mereka (Latin) dan lebih memilih bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari.

Beberapa orang Kristen taat merasa prihatin melihat fenomena yang terjadi. Saudara-saudara mereka yang ter-arabkan telah kehilangan identitas sebagai seorang Kristen. Rasa prihatin ditambah lagi dengan banyaknya saudara mereka yang konversi menjadi muslim. Terhitung pada masa amir Abdurrahman I (756-788) atau hanya sekitar 50 tahun setelah penaklukkan Thariq, 40 persen penduduk Andalusia berpindah agama menjadi muslim. David Levering Lewis dalam God Crucible: Islam and The Making of Europe mencatat bahwa pada akhir abad ke-10, jumlah penduduk muslim di Andalusia meningkat menjadi 70 persen dari total populasi. Islam menjadi mayoritas di Andalusia.

Keprihatinan para pendeta dan biarawan terhadap saudara mereka sesama Kristen pada akhirnya menimbulkan rasa kebencian terhadap Islam. Maka terjadilah peristiwa “Martir Cordova” di masa Abdurrahman II. Fenomena Martir Cordova menunjukkan kuatnya arus budaya Arab-Islam yang menerjang penduduk Andalusia.

Dalam bidang pendidikan, umat Islam Andalusia melesat lebih jauh melampaui negeri-negeri Eropa lainnya. Banyak didirikan sekolah dan universitas di kota-kota besar seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan Malaga. Universitas Cordova yang paling populer dan menjadi tujuan para pelajar dari dunia Islam maupun Eropa. Dikabarkan bahwa Paus Sylvestre III pernah menimba ilmu di universitas yang dibangun amir Abdurrahman III ini sebelum menjadi Paus.
Para pelajar yang pernah menimba ilmu di Andalusia, ketika kembali ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas untuk mendistribusikan ilmu yang mereka dapatkan. Para pelajar inilah yang membangun peradaban Barat sehingga melahirkan zaman Renaissance (Rebirth)di Eropa.

Andalusia merupakan prototipe kejayaan Islam di masa lalu. Selayaknya umat Islam pada hari ini bercermin pada sejarahnya. Membaca serta mengkaji kembali hal-hal yang membuat Islam mampu membangun peradaban Islam yang sedang terpuruk pada hari ini.

➡ Sumber 👉 http://wahdah.or.id/fenomena-martir-cordova-di-andalusia/

GEMPA BUMI, SALAH SATU PENYEBABNYA ADALAH MARAKNYA MUSIK DAN PENYANYI

Jarang yang mengulas hal ini, dan yang sering berbicara adalah ahli ilmu bumi. Berbicara gempa itu karena pergeseran lempengan bumi. Mereka tidak menyentuh, siapa yang mampu menggerakkan lempengan bumi tersebut. Dan apa penyebabnya yang benar berdasarkan keterangan dari pencipta BUMI itu sendiri.

Berdasarkan hadits, maraknya MUSIK dan LAGU, penyanyi ada di mana-mana, itu salah satu sumber pemicu bencana , baik GEMPA BUMI atau yang lainnya.

Jadi sangat IRONI ketika ada penggalangan dana MUSIBAH melalui Konser Amal yang hasilnya untuk menyantuni korban musibah tersebut.

Justru seharusnya mereka tidak melakukan konser dan BERHENTI menekuni PROFESI HARAM tersebut.


GEMPA BUMI MERUPAKAN PERINGATAN DARI ALLAH KEPADA HAMBANYA

Di antara bentuk peringatan yang ALLAH berikan kepada hamba-Nya, ALLAH wujudkan dalam bentuk musibah dan bencana alam.

Terkadang dalam bentuk angin kencang yang memporak-porandakan berbagai bangunan, terkadang dalam bentuk gelombang pasang, hujan besar yang menyebabkan banjir, gempa bumi, termasuk peperangan di antara umat manusia.

Semuanya bisa menjadi potensi untuk mengingatkan manusia agar mereka takut dan berharap kepada ALLAH.

Allah Tabaaraka wa Ta'ala berfirman,

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ

Katakanlah, “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain....”

(QS. Al-An’am : 65)

SEMUA MUSIBAH, SEBABNYA ADALAH MAKSIAT

Gempa bumi, musibah yang saat ini menggelayuti perasaan takut banyak manusia bisa jadi merupakan hukuman dari Al-Jabbar (Dzat Yang Maha Perkasa), disebabkan sikap manusia yang meninggalkan aturan ALLAH, yang bergelimang dengan maksiat dan dosa.

Manusia bemaksiat kepada ALLAH, mereka melakukannya secara terang-terangan, tanpa ada rasa malu kepada ALLAH. Selanjutnya ALLAH perintahkan BUMI untuk BERGUNCANG, terjadilah gempa bumi, agar manusia mau kembali bertaubat, dan memohon ampunan kepada-Nya. Allah Tabaaraka wa Ta'ala berfirman,

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

“Tidaklah kami mengirim tanda-tanda kekuasaan itu (berupa musibah dan sejenisnya), selain dalam rangka menakut-nakuti mereka.”

(QS. Al-Isra’ : 59)

Untuk lebih menguatkan hal ini, mari kita perhatikan ayat berikut

Allah Tabaaraka wa Ta'ala berfirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya ALLAH merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

(QS. Ar-Rum : 41)

ALLAH menyebut maksiat manusia sebagai makar, dan azab bisa jadi akan turun secara tiba-tiba tanpa aba-aba,

أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لا يَشْعُرُونَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِين

“Maka apakah orang-orang yang membuat makar dengan melakukan maksiat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh ALLAH bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari.

Atau ALLAH mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu).”

(QS. An-Nahl : 45 – 46)

ALLAH juga mengingatkan, bisa jadi balasan makar ALLAH untuk hamba-Nya yang membangkang, datang ketika mereka sedang TIDUR,

أفأمن أهل القرى أن يأتيهم بأسنا بياتاً وهم نائمون

“Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur...?”

(QS. Al-A’raf : 97)

HUKUMAN ALLAH MENGENAI SEMUANYA

Sesungguhnya azab ALLAH, ketika menimpa sekelompok masyarakat, maka azab ini mencakup orang baik dan orang bejat, orang dewasa dan anak-anak, laki-laki_ dan perempuan. Semuanya sama-sama mendapatkan hukuman. Bahkan termasuk makhluk yang tidak memiliki dosa dan kesalahan, semacam anak-anak dan binatang sekalipun, mereka turut merasakannya.

Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إذا ظهرت المعاصي في أمتي عمهم الله بعذاب من عنده ، فقلت يا رسول الله ، أما فيهم يومئذ أناس صالحون ؟ قال : بلى ، قلت : كيف يصنع بأولئك ؟ قال : يصيبهم ما أصاب الناس ، ثم يصيرون إلى مغفرة من الله ورضوان

“Apabila perbuatan maksiat dilakukan secara terang-terangan pada umatku, maka ALLAH akan menimpakan azab-Nya secara merata.”

Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah di antara mereka saat itu ada orang-orang shalih...?

Beliau bersabda, “Benar.”

Ummu Salamah kembali bertanya, “Lalu apa yang akan diterima oleh orang ini...?

Beliau menjawab, “Mereka mendapatkan azab sebagaimana yang dirasakan masyarakat, kemudian mereka menuju ampunan ALLAH dan ridha-Nya.”

(HR. Ahmad 6 : 304)

Dalam Al-Qur'an, ALLAH menegaskan bahwa setiap musibah yang menimpa manusia, disebabkan perbuatan maksiat yang pernah mereka lakukan. Allah Tabaaraka wa Ta'ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Setiap musibah yang menimpa kalian, disebabkan perbuatan tangan kalian, dan ALLAH memberi ampunan terhadap banyak dosa.”

(QS. As-Syura : 30)

ALLAH juga menceritakan keadaan umat sebelum kita,

فَكُلّاً أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِباً وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Masing-masing Kami azab disebabkan dosa mereka.

Di antara mereka ada yang kami kirimi angin kencang, di antara mereka ada yang dimusnahkan dengan teriakan yang sangat pekak, ada yang Kami tenggelamkan.

ALLAH sama sekali tidaklah menzalimi mereka, namun mereka yang bersikap zalim pada diri mereka sendiri.”

(QS. Al-Ankabut : 40)

Ibnul Qayyim menjalaskan,

Terkadang ALLAH memerintahkan bumi untuk begetar, sehingga terjadilah gempa bumi yang besar.

Sehingga manusia pada takut, resah, kembali bertaubat, meninggalkan maksiat, dan tunduk dan menyesal kepada ALLAH.

Sebagaimana yang ditegaskan sebagian sahabat, ketika terjadi gempa bumi, beliau menyatakan,

إن ربكم يستعتبكم

“Sesungguhnya Tuhan kalian menegur kalian.”

Disebutkan oleh Imam Ahmad, dari Shafiyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

زلزلت المدينة على عهد عمر فقال : أيها الناس ، ما هذا ؟ ما أسرع ما أحدثتم . لئن عادت لا تجدوني فيها

Pernah terjadi gempa di kota Madinah, di zaman Umar bin Khatab.

Maka Umar berceramah,

“Wahai manusia, apa yang kalian lakukan...?

Betapa cepatnya maksiat yang kalian lakukan.

Jika terjadi gempa bumi lagi, kalian tidak akan menemuiku lagi di Madinah.”

Diceritakan oleh Ibn Abi Dunya dari Anas bin Malik, bahwa beliau bersama seorang lelaki lainnya pernah menemui Aisyah.

Lelaki ini bertanya,

“Wahai Ummul Mukminin, jelaskan kepada kami tentang fenomena GEMPA BUMI...!”

Aisyah menjawab,

إذا استباحوا الزنا ، وشربوا الخمور ، وضربوا بالمعازف ، غار الله عز وجل في سمائه ، فقال للأرض : تزلزلي بهم ، فإن تابوا ونزعوا ، وإلا أهدمها عليهم

“Jika mereka sudah membiarkan zina, minum khamar, BERMAIN MUSIK, maka ALLAH yang ada di atas akan cemburu.

Kemudian ALLAH perintahkan kepada bumi,

‘Berguncanglah, jika mereka bertaubat dan meninggalkan maksiat, berhentilah. Jika tidak, hancurkan mereka’.”

Orang ini bertanya lagi, “Wahai Ummul Mukminin, apakah itu siksa untuk mereka...?”

Beliau menjawab,

بل موعظة ورحمة للمؤمنين ، ونكالاً وعذاباً وسخطاً على الكافرين ..

“Itu adalah peringatan dan rahmat bagi kaum mukminin, serta hukuman, azab, dan murka untuk orang kafir.”

(Al-Jawab Al-Kafi, Hal. 87–88)

Dari pernyataan Umar, beliau memahami bahwa penyebab terjadinya gempa di Madinah adalah perbuatan maksiat yang dilakukan masyarakat yang tinggal di Madinah.

Pernyataan ini disampaikan kepada para sahabat dan mereka tidak mengingkarinya. Ini menunjukkan bahwa mereka sepakat dengan pemahaman Umar radhiyallahu ‘anhu.

Hal yang semisal juga telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau bersabda,

إذا اتخذ الفيء دولا ، والأمانة مغنما ، والزكاة مغرما ، وتعلم لغير الدين ، وأطاع الرجل امرأته ، وعق أمه ، وأدنى صديقه ، وأقصى أباه ، وظهرت الأصوات في المساجد ، وساد القبيلة فاسقهم ، وكان زعيم القوم أرذلهم ، وأكرم الرجل مخافة شره ، وظهرت القينات والمعازف ، وشربت الخمور ، ولعن آخر هذه الأمة أولها فليرتقبوا عند ذلك ريحا حمراء وزلزلة وخسفا ومسخا وقذفا وآيات تتابع كنظام بال قطع سلكه فتتابع

“Jika harta rampasan perang dijadikan kas negara (tidak lagi diberikan kepada orang yang ikut perang), amanah dijadikan rebutan, jatah zakat dikurangi, selain ilmu agama banyak dipelajari, lelaki taat kepada wanita dan memperbudak ibunya, orang lebih dekat kepada temannya dan menjauh dari ayahnya, banyak teriakan di masjid, yang memimpin kabilah adalah orang yang bejat (fasik), yang memimpin masyarakat orang yang rendah (agamanya), orang dimuliakan karena ditakuti pengaruh buruknya, para PENYANYI WANITA  tampil di permukaan, khamr diminum, dan generasi terakhir melaknat generasi pertama (sahabat), maka bersiaplah ketika itu dengan adanya angin merah, GEMPA BUMI, manusia ditenggelamkan, manusia diganti wajahnya, dilempari batu dari atas, dan berbagai tanda kekuasaan ALLAH (musibah) yang terus-menerus, seperti ikatan biji manik-manik yang putus talinya, maka biji ini akan lepas satu-persatu.”

(HR. Turmudzi, Beliau mengatakan : Terdapat hadis semisal dari Ali, hadits ini gharib, tidak kami jumpai kecuali dari jalur ini)

Baca Selengkapnya di https://aslibumiayu.net/19933-apa-penyebab-gempa-bumi-salah-satunya-akibat-merajalelanya-musik.html

Wallahu waliyyut taufiq.

Semoga bermanfaat.
Baarakallahu fiykum.

KEAGUNGAN RASULULLAH SAW

Baca sejenak..
(
Jika sdh pernah baca, anggaplah sbg pengingat)

Assalamualaikum..
Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum wafat.
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi beliau sangat lemah.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama, penuhlah Masjid dg para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendpt taushiyah dr Rasulullah SAW.

Beliau duduk dg lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yg tengah dideritanya.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yg layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dg suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kpd kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yg layak disembah."

Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."

Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yg Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yg menjadikan para sahabat sedih dan terharu.

Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dg manusia."

Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kpd Rasulullah".

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba2 bangun seorang lelaki yg bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sblm masuk Islam, dia berkata:

"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".

Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tsb tidak kena belakang kuda, tapi justru terkena dadaku, karena ketika itu aku berdiri dibelakang kuda yg engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yg sama."

Dengan suara yg agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah"

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.

Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pd Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. bukankah Baginda sedang sakit..!?"

Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dg nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah utk memukul Rasulullah"

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sdg sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
 "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yg pertama beriman dg apa yg Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, pukullah aku".

Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dg Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:

"Ukasyah..! pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yg boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dg Ukasyah".

Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yg sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dg Ukasyah" .

Ukasyah semakin dekat dg Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.

Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami. Kakek kami sedang sakit. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dg menyakiti kakek kami."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dg Paman Ukasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dg lantang Ukasyah berkata:

"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta bbrp sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:

"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"

Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama2 dlm keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yg sangat indah, sedang bbrp batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."

Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya.

Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dg tubuhmu.

Seumur hidupku aku ber-cita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.

Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."

Rasulullah SAW dg senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.

Semoga dengan membaca ini bila ada air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT.

Allahumma sholli 'alaa Muhammad.
Allahumma sholli 'alayhi wasallam
Semoga Allah Swt. Sll meridloi kita semua, Amin
.....
NB:
Yuk kita posting di medsos tentang keagungan Rosulullah...

Kategori

Kategori